Berikut prediksi dari Mats H. Olson, Senior Vice President & Head of Asia-Pacific Ericsson dikutip dari detikNet (1/11/2013)
"Semuanya sudah siap. Hanya tinggal menunggu regulasi. Dan soal ini, kita harus realistis," ujar pria yang pernah tinggal di Jakarta dan memimpin kantor Ericsson Indonesia.
Mengingat aturan harus dibahas oleh para anggota dewan, sedangkan jadwal pemilihan umum sudah di depan mata, ada kemungkinan LTE diluncurkan setelah pemilu 2014. Begitu LTE hadir, Mats memperkirakan pelanggan Indonesia akan dengan cepat mengadopsinya.
Ada tiga faktor yang jadi pertimbangan Mats. Pertama adalah basis pengguna smartphone yang tinggi. Meskipun penetrasi pengguna ponsel pintar di Indonesia hanya 11%, namun dengan jumlah penduduk 250 juta orang, angka tersebut sudah terbilang tinggi.
Kita bandingkan dengan Australia yang penetrasi smartphone mencapai 60%. dan jumlah penduduk 23 juta penduduk. Total pengguna smartphone di Indonesia masih lebih tinggi dibanding Australia.
Kedua, masyarakat Indonesia sangat keranjingan internt dan sosial media. Mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, sampai Path. Dengan adanya LTE, kebiasaan berjejaring akan semakin terfasilitasi.
Hal ketiga adalah penduduk berusia muda. Kaum muda dikenal terbuka terhadap perubahan. Termasuk teknologi baru. Ketika dirasa menguntungkan dan membuat hidup lebih mudah, inovasi terbaru di bidang ICT akan diserap seketika.
Harga
Selain prediksi tanggal rilis, kisaran harga juga menarik untuk diulik. Supaya LTE bisa bermanfaat optimal bagi para penggunanya, harga seharusnya tetap terjangkau dan tidak dipatok jauh dengan 3G. Mats mengusulkan supaya operator menyesuaikan model bisnis.
Menurut Mats, pendapatan yang diperoleh operator Indonesia dari penjualan data 3G masih belum optimal. "Operator menerima kurang dari seharusnya. Hal ini karena model paket all you can eat," tuturnya.
Pria yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja di Ericsson ini mengusulkan paket progresif. Untuk layanan basic, harganya harus terjangkau. Tapi ketika telah menembus jumlah data tertentu, pelanggan harus membayar lebih.
Ia menambahkan, "harga premium harus diterapkan untuk pengguna data premium. Selain itu penjualan data pay per view juga bisa dicoba. Di beberapa negara termasuk Amerika Serikat, model bisnis pay per view terbilang sukses".
Dengan penerapan model bisnis yang tepat, operator diharapkan memiliki dana untuk memastikan selalu memberi layanan terbaik. Jangan lagi terjadi, jaringan 3G, tapi untuk browsing rasanya setengah mati.
Source
Post a Comment